Sepak Terjang Antek Zionis di Indonesia

Di dalam laporan Rand Corporation, “Building Moderate Muslim Networks”, dipaparkan beberapa institusi di Asia Tenggara khususnya Indonesia yang menjadi pilar utama jaringan AS. Institusi-institusi yang terdiri dari berbagai Ormas Islam dijadikan target garapan oleh jejaring AS di Indonesia, baik melalui aparat Pemerintah maupun aktivis LSM.

Sejumlah lembaga pendidikan tinggi dan lembaga sosial yang berafiliasi dengan Ormas Islam juga menjadi tempat perekrutan bagi AS dan agennya seperti misalnya Center for the Study of Religion and Democracy, lembaga yang aktif mengkampayekan demokrasi liberal.

Organisasi lain yang dianggap cukup mapan adalah Jaringan Islam Liberal yang didirikan pada tahun 2001 oleh Ulil Absar. Salah satu misi dari institusi ini adalah mengcounter perkembangan pengaruh dan kegiatan kelompok militan dan radikal Islam di Indonesia.

Meski demikian lembaga pendidikan dianggap sebagai kunci dalam pengembangan liberalisme, yaitu melalui Pesantren dan Madrasah yang banyak tersebar di Indonesia. Menurut laporan tersebut sejumlah kurikulum untuk tujuan sekulerisasi telah dimasukkan ke dalam lembaga tersebut meski pendidikan Islam tetap menjadi fokus pendidikan mereka.

Berbagai Universitas Islam yang terdiri dari Universitas negeri Islam (UIN) dengan lebih dari 100.000 mahasiswa, maupun berbagai Universitas yang berada dibawah naungan Ormas Islam juga disusupi oleh para antek Zionis dan Amerika ini. Baik IAIN dan universitas-universitas Islam swasta lainnya telah menganut ide pluralisme dan demokrasi. Universitas Gajah Mada juga telah membentuk Center for Religious Cross-Cultural Studies atas saran dari mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab.

Untuk merekrut tokoh-tokoh dan aktivis Muslim, maka jaringan Rand dan CIA di Indonesia, CSIS yang bermarkas di Tanah Abang III, melalui Yusuf Wanandi, menghubungkan para tokoh dan aktivis ini kepada salah satu Jaringan Zionis Internasional yaitu Trilateral Commission. Lembaga ini setiap tahun mengadakan pertemuan rutin di Amerika dengan mengundang beberapa tokoh dan “cendikiawan” dari Indonesia. Para tokoh dan cendikiawan katrok merasa sangat bangga sekali bila bisa diikut sertakan dalam pertemuan yang sering kali dijamu makan malam di Capitol Hill, yaitu gedung kongres Amerika Serikat dan terkadang di jamu di Gedung Putting, kantor Presiden As. Pada tahun 2002 dan 2005, Syafii Maarif dan Azyumardi Azra ada dalam daftar sebagai pembicara dalam pertemuan ini. Entah apa yang mereka presentasikan tentang Islam dan dunia Islam.

Media Massa

Salah satu media yang paling berpengaruh adalah jaringan radio Islam dengan tajuk Liberal Religion and Tolerance, yang dikelola oleh Kantor Berita Radio 68 H milik Goenawan Mohammad, seorang jurnalis senior yang juga pemilik majalah Tempo yang pernah mendapat penghargaan sebanyak 2 (dua) kali dari Israel. Transkrip dialog radio ini telah dipublikasikan di jaringan Jawa Pos Group dan sindikatnya yang lebih dari 70 media.

Institusi pembangunan Demokrasi. Salah satu organisasi yang masuk dalam kategori ini adalah Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakspedam), salah satu lembaga NU yang terlibat pada pendidikan pemilih di Jatim yang didanai oleh Asia Foundation dan Ford Foundation.di Lakpesdam inilah orang orang Liberal dikader dan berlindung. Badan lainnya adalah PM3, yang didirikan oleh Masdar F Masudi, LSM berbasis pesantren yang aktif melakukan diskusi di pesantren tentang peran negara dalam mengatur agama.

Upaya Pembangunan Jaringan Regional. Asia tenggara dianggap sebagai salah satu pusat pengembagan jaringan regional. Salah satu pelopor organisasi regional tersebut adalah International Center for Islam and Pluralism (ICIP) yang didanai oleh Ford Fondation, yang diketuai oleh Syafii Anwar. Misi dari organisasi ini adalah membangun jaringan LSM Muslim dan aktivis dan intelektual muslim yang progresif di kawasan Asia Tenggara (dan akhirnya di seluruh dunia) dan sebagai kendaraan untuk menyebarkan ide-ide pemikir-pemikir muslim moderat dan progresif yang berskala internasional. Pada konferensi di Manila September 2005, salah satu agenda organisasi ini adalah pelaksanaan diskusi di masing-masing negara untuk membuktikan bahwa demokrasi sejalan dengan Islam dan secara spesifik menunjukkan bahwa nilai-nilai Demokrasi terdapat di dalam Al Qur’an.

Saat ini telah juga berdiri Moderate Muslim Society yang dipimpin oleh Zuhairi Misrawi yang aktif melobby petinggi Negara termasuk Ketua MPR dan masuk ke menjadi pengurus Baitul Muslimin yang didirikan PDIP. Begitu juga keberadaaan SETARA Institute yang saat ini aktif jadi corong Rand Corp dan USAID. LSM SETARA Institute ini dimotori oleh para aktivis yang dulu aktif sebagai pendukung kemerdekaan Timor Timur melalui LSM Solidamor, yaitu Hendardi dan Bonar Tigor Naipospos.

Sejatinya, apa yang dilakukan oleh aktivis LSM, seperti Hendardi, Ulil, Zuhairi tak lain dan tak bukan adalah sekedar menjalankan agenda kaum Zionis Internasional untuk menuju kepada Tatanan Dunia Baru (Novus Ordo Seclorum) dan Satu Pemerintahan Dunia (E Pluribus Unum) di bawah pimpinan kaum Zionis. Untuk mencapai tujuan ini, maka diperlukan conditioning (pengkondisian) yaitu manusia perlu disiapkan untuk menerima tata nilai yang ditentukan oleh Zionis Internasional.

Inilah makar kaum Kuffar yang bersekongkol dengan golongan munafiqin lokal, yang dalam istilah para Zionis Internasional disebut sebagai Our Local Friend. Umat Islam harus bangkit melawan makar ini dengan cerdik dan menyiapkan staregi jangka panjang. Wamaakaaru wamakarallah wallahul khoirul makiriin

(Ibnu Hamid, dari berbagai sumber)
source: suara-islam.com